Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan dalam jumlah pekerja informal. Sektor informal, yang mencakup pelbagai bentuk pekerjaan tanpa kontrak kerja resmi, memang sering kali dianggap sebagai penyangga bagi ekonomi, terutama di tengah ketidakpastian pasar kerja. Namun, di balik angka-angka yang terlihat menggembirakan tersebut, terdapat sejumlah bahaya yang mengintai ekonomi Indonesia. Artikel ini akan membahas empat aspek kunci dari masalah ini, yaitu ketidakstabilan ekonomi, perlindungan sosial yang minim, potensi peningkatan kemiskinan, dan tantangan dalam peningkatan keterampilan.
I. Ketidakstabilan Ekonomi
Pekerja informal sering kali beroperasi di luar regulasi yang ketat, sehingga membuat sektor ini menjadi salah satu penyebab ketidakstabilan ekonomi. Ketidakpastian yang melekat pada pekerjaan informal, seperti fluktuasi pendapatan dan tidak adanya perlindungan kerja, dapat meningkatkan kerentanan para pekerja. Dalam situasi krisis ekonomi atau resesi, pekerja informal adalah yang pertama kali terdampak. Ketidakstabilan ini juga dapat memicu masalah yang lebih besar seperti pengangguran massal dan penurunan daya beli masyarakat.
Ketidakpastian dalam pendapatan pekerja informal juga mempengaruhi pola konsumsi. Ketika mereka tidak yakin akan pendapatan mereka, orang cenderung mengurangi pengeluaran, yang berdampak langsung pada pertumbuhan ekonomi. Selain itu, dalam jangka panjang, ketidakstabilan ini dapat menyebabkan investasi yang lebih rendah, baik dari dalam maupun luar negeri, karena investor cenderung lebih memilih pasar yang stabil.
Pemerintah perlu mengidentifikasi dan mengatasi isu ketidakstabilan ini dengan kebijakan yang lebih inklusif. Pendekatan yang berbasis data dan analisis mendalam tentang kondisi pekerja informal akan sangat membantu dalam merumuskan intervensi yang tepat.
II. Perlindungan Sosial yang Minim
Salah satu masalah utama yang melekat pada pekerja informal adalah kurangnya perlindungan sosial. Berbeda dengan pekerja formal yang mendapatkan jaminan kesehatan, pensiun, dan tunjangan lainnya, pekerja informal sering kali tidak memiliki akses terhadap layanan dasar ini. Kurangnya perlindungan sosial ini menempatkan para pekerja dalam posisi rentan, terutama saat mereka mengalami kecelakaan kerja atau sakit.
Di Indonesia, banyak pekerja informal yang tidak terdaftar dalam program jaminan sosial. Hal ini menyebabkan mereka tidak memiliki akses kepada layanan kesehatan yang memadai, yang tentunya sangat diperlukan, terutama di masa pandemi seperti COVID-19. Ketidakmampuan untuk membayar biaya pengobatan bisa menjadi bencana bagi pekerja informal dan keluarga mereka.
Pemerintah perlu melakukan upaya lebih untuk menjangkau pekerja informal dan menyediakan program perlindungan sosial yang lebih inklusif. Salah satu langkah yang bisa diambil adalah dengan memperluas jangkauan program jaminan sosial dan memberikan insentif bagi pengusaha kecil untuk mendaftarkan pekerja mereka dalam program tersebut.
III. Potensi Peningkatan Kemiskinan
Pekerja informal sering kali terjebak dalam lingkaran kemiskinan. Meskipun mereka mungkin memiliki pekerjaan, pendapatan yang tidak menentu dan sering kali rendah membuat mereka sulit untuk memenuhi kebutuhan dasar. Hal ini berpotensi meningkatkan angka kemiskinan di Indonesia. Dengan banyaknya pekerja informal yang tidak memiliki tabungan atau aset, mereka sangat rentan terhadap guncangan ekonomi, seperti krisis kesehatan atau finansial.
Analisis lebih lanjut menunjukkan bahwa peningkatan jumlah pekerja informal dapat mengakibatkan penurunan produktivitas secara keseluruhan. Ketika sebagian besar tenaga kerja terjebak dalam sektor informal, investasi dalam pendidikan dan pelatihan juga cenderung menurun. Kurangnya keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk beradaptasi dengan perubahan pasar kerja dapat menyebabkan stagnasi ekonomi.
Pemerintah harus mempertimbangkan strategi yang lebih komprehensif untuk menangani masalah ini. Misalnya, program-program yang memberikan akses pendidikan dan pelatihan keterampilan kepada pekerja informal dapat membantu mereka untuk beralih ke pekerjaan formal yang lebih stabil dan menguntungkan. Selain itu, perlu juga ada dukungan finansial yang ditujukan untuk membantu pekerja informal dalam membangun modal usaha mereka.
IV. Tantangan dalam Peningkatan Keterampilan
Sektor informal sering kali tidak memberikan kesempatan untuk peningkatan keterampilan. Pekerja informal sering kali terjebak dalam pekerjaan yang tidak memerlukan keterampilan tinggi, yang menyulitkan mereka untuk meningkatkan daya saing di pasar kerja. Tanpa pelatihan yang memadai, mereka akan kesulitan untuk beradaptasi dengan perubahan teknologi dan tuntutan pasar yang terus berkembang.
Pentingnya keterampilan dalam menghadapi era digital dan otomatisasi semakin mendesak. Pekerja informal yang tidak memiliki keterampilan yang relevan akan semakin terpinggirkan. Di sisi lain, sektor formal membutuhkan tenaga kerja dengan keterampilan yang lebih tinggi, sementara pekerja informal tidak memiliki akses untuk memperoleh keterampilan tersebut.
Pemerintah dan sektor swasta perlu bekerja sama untuk menciptakan program pelatihan yang dapat diakses oleh pekerja informal dengan biaya yang terjangkau. Kolaborasi ini bisa menciptakan peluang bagi mereka untuk meningkatkan keterampilan, sehingga dapat berkontribusi lebih kepada perekonomian negara secara keseluruhan.